brightbusines.com – Kalau kamu baru memulai bisnis, atau sedang mengembangkan usaha yang udah jalan, pasti kamu sering bertanya-tanya, “Harga jual produkku ini sudah pas belum, ya?” Nah, di sinilah pentingnya strategi penetapan harga. Intinya, ini adalah cara atau pendekatan yang kamu gunakan buat menentukan harga jual produk atau jasa kamu.
Menentukan harga itu bukan cuma asal tambah margin dari modal. Ada banyak faktor yang perlu dipikirin. Mulai dari target pasar, pesaing, nilai produk, sampai situasi pasar yang lagi naik turun. Strategi penetapan harga membantu kamu supaya harga yang kamu kasih itu bisa bersaing, tapi tetap ngasih keuntungan.
Baca Juga : Carmen vs Jiwoo: Siapa Center Sesungguhnya di H2H?
Faktor Penting dalam Menentukan Strategi Harga
Sebelum masuk ke jenis strategi penetapan harga, kita perlu kenalan dulu dengan faktor-faktor yang ngaruh ke harga. Karena nggak bisa asal tempel angka.
Pertama, tentu saja biaya produksi. Kamu harus tahu dulu berapa biaya yang dikeluarin untuk bikin produkmu. Kedua, nilai yang dirasakan konsumen. Meskipun biaya bikin kaos kamu cuma 50 ribu, tapi kalau desainnya keren dan terasa premium, bisa aja dijual lebih mahal.
Ketiga, jangan lupa soal persaingan harga di pasar. Kalau produk sejenis dijual 100 ribu dan kamu nawarin dengan harga dua kali lipat, ya jelas orang mikir-mikir. Tapi kalau kamu punya nilai lebih, misalnya bahan lebih bagus atau layanan lebih ramah, harga yang lebih tinggi bisa tetap masuk akal.
Baca Juga : Vanesha Prescilla: Fakta dan Pacar
Jenis-Jenis Strategi Penetapan Harga
Nah sekarang kita bahas jenis-jenis strategi penetapan harga. Ada banyak pendekatan yang bisa dipilih tergantung tujuan dan jenis bisnis kamu.
Strategi Harga Berbasis Biaya
Ini strategi yang paling umum dan sering dipakai. Kamu tinggal hitung total biaya produksi, terus tambahkan margin yang kamu inginkan. Misalnya kamu keluar 50 ribu untuk produksi, kamu mau untung 40 persen, berarti harga jual sekitar 70 ribu.
Strategi ini cocok buat yang baru mulai bisnis, karena sederhana. Tapi hati-hati, jangan cuma fokus ke biaya. Kadang kamu perlu juga lihat apakah harga tersebut sesuai dengan nilai yang dirasakan oleh konsumen.
Strategi Harga Berbasis Nilai
Kalau yang ini lebih menitikberatkan pada persepsi pelanggan. Jadi harga ditentukan bukan berdasarkan biaya, tapi seberapa besar nilai yang dirasakan pembeli dari produk kamu. Strategi penetapan harga berbasis nilai ini sering dipakai di produk-produk premium, fashion, atau jasa konsultasi.
Contoh gampangnya begini. Biaya produksi kopi susu mungkin cuma 10 ribu, tapi karena dikemas keren dan dijual di tempat yang cozy, harganya bisa 35 ribu bahkan lebih. Orang rela bayar karena merasakan pengalaman yang beda.
Strategi Harga Kompetitif
Dalam strategi ini, kamu bakal bandingkan harga kamu dengan harga kompetitor. Jadi kamu ikut arus pasar. Kalau pesaing jual produk serupa di harga 100 ribu, kamu bisa pasang harga serupa, sedikit lebih rendah, atau bahkan lebih tinggi kalau kamu punya keunggulan.
Strategi ini cocok di pasar yang sudah penuh pemain. Tapi kamu juga perlu pintar-pintar menunjukkan kenapa harga kamu pantas. Jangan asal banting harga, karena bisa-bisa malah rugi dan bikin brand kamu terlihat kurang berkualitas.
Baca Juga : NewJeans hingga aespa: Siapa Paling Populer?
Strategi Penetrasi dan Skimming
Dua strategi ini sering banget dipakai waktu launching produk baru. Pilihannya tergantung dari siapa targetmu dan apa tujuan jangka pendek bisnis kamu.
Strategi Penetrasi Pasar
Ini adalah strategi penetapan harga di mana kamu kasih harga rendah di awal biar cepat menarik perhatian pasar. Harapannya, banyak orang nyobain produk kamu, jadi brand kamu cepat dikenal.
Biasanya strategi ini cocok buat pasar yang sensitif sama harga, seperti makanan ringan, aplikasi digital, atau produk kebutuhan harian. Tapi ingat, kamu tetap harus punya rencana buat naikin harga secara bertahap setelah brand kamu udah kuat.
Strategi Skimming
Kebalikan dari penetrasi, strategi ini dimulai dengan harga tinggi di awal, terus secara bertahap diturunin. Strategi ini cocok kalau kamu bawa teknologi baru, produk eksklusif, atau punya inovasi yang belum ada di pasar.
Misalnya, waktu smartphone baru keluar, harganya bisa mahal banget. Tapi setelah beberapa bulan, mulai turun karena muncul model baru atau teknologi jadi umum. Strategi penetapan harga skimming ini bisa kasih keuntungan besar di awal.
Baca Juga : Siapa Vonny Felicia? Ini Faktanya
Diskon dan Promosi sebagai Bagian dari Strategi Harga
Kadang-kadang, strategi penetapan harga juga melibatkan diskon atau promo. Tapi jangan asal diskon ya. Harus tetap ada strateginya supaya nggak merusak citra produk atau bikin pelanggan cuma datang pas promo.
Diskon bisa dipakai untuk beberapa hal, misalnya buat memperkenalkan produk baru, menghabiskan stok lama, atau menarik pelanggan baru. Tapi jangan sampai pelanggan jadi menunggu terus-terusan. Gunakan secara terbatas dan cerdas.
Bundling dan Harga Paket
Salah satu bentuk strategi penetapan harga yang cukup populer juga adalah bundling. Kamu gabungin beberapa produk dan kasih harga khusus kalau dibeli barengan. Cara ini bisa menaikkan nilai di mata pelanggan, dan bantu kamu menjual produk yang mungkin kurang laku kalau dijual sendiri.
Misalnya, kalau kamu jual skincare, kamu bisa bikin paket pembersih wajah, toner, dan pelembap dengan harga khusus. Jadi pelanggan merasa lebih untung.
Menyesuaikan Harga dengan Segmen Pasar
Strategi penetapan harga yang cerdas selalu mempertimbangkan siapa targetnya. Karena beda segmen, beda cara pendekatannya.
Kalau kamu sasar anak muda yang masih pelajar, harga yang terjangkau akan lebih menarik. Tapi kalau target kamu profesional atau keluarga mapan, kamu bisa main di kualitas dan pengalaman, jadi harga lebih tinggi pun bisa diterima.
Ada juga strategi diferensiasi harga. Ini cocok banget buat bisnis digital. Kamu bisa kasih versi gratis, lalu versi premium yang punya fitur tambahan. Atau kalau kamu buka restoran, kamu bisa punya menu paket hemat dan juga menu eksklusif buat yang cari pengalaman makan lebih premium.
Strategi Harga Dinamis
Zaman sekarang, teknologi bikin strategi penetapan harga makin fleksibel. Banyak bisnis yang pakai strategi harga dinamis, alias harga bisa berubah tergantung permintaan, waktu, atau situasi pasar.
Contoh paling gampang itu harga tiket pesawat atau hotel. Saat permintaan tinggi, harga naik. Saat sepi, harga turun. Ini bisa juga diterapkan di e-commerce atau jualan online. Kamu bisa pakai tools buat menyesuaikan harga secara otomatis.
Harga Berdasarkan Lokasi atau Musim
Strategi ini juga termasuk bagian dari strategi harga dinamis. Misalnya, produk fashion tertentu harganya bisa lebih tinggi saat musim lebaran atau akhir tahun. Atau, di daerah yang jauh dari kota besar, harga bisa lebih mahal karena biaya distribusi yang tinggi.
Jadi kamu bisa mulai mikirin, apakah ada waktu-waktu tertentu yang bisa kamu manfaatin buat atur ulang harga produkmu.
Membangun Brand Lewat Strategi Harga
Menariknya, strategi penetapan harga juga berperan dalam membentuk citra brand. Kalau kamu selalu main di harga murah, maka orang akan mengenal brand kamu sebagai brand terjangkau. Tapi kalau kamu konsisten di harga tinggi dengan kualitas dan pelayanan yang bagus, maka brand kamu bisa dilihat sebagai premium.
Karena itu, penting banget untuk memastikan harga yang kamu tentukan sejalan dengan pesan dan nilai brand kamu. Jangan sampai harga terlalu rendah tapi branding kamu terlihat mewah. Itu bisa bikin calon pembeli bingung.
Harga Psikologis
Ada juga teknik yang disebut strategi harga psikologis. Ini adalah pendekatan di mana kamu memanfaatkan persepsi harga. Contoh klasiknya adalah kasih harga 99.000 dibanding 100.000. Meskipun beda seribu, angka 99 terlihat jauh lebih menarik secara psikologis.
Cara lain misalnya memberikan kata-kata seperti “hemat hingga 50 persen” atau “paket terbaik untuk Anda”. Kata-kata ini punya efek yang cukup kuat di pikiran konsumen